Menurutbeberapa pendapat, perang Badar terjadi hari Jumat 17 Ramadhan 2 H. Sesungguhnya 17 Ramadhan 2 H jatuh pada hari Selasa 13 Maret 624. Tanggal 17 Ramadhan yang jatuh pada hari Jumat terjadi pada tahun 1 H yang bertepatan dengan 25 Maret 623. PerangBadar - Era Nabi Muhammad SAW | Panglima Perang Channel - YouTube. 📆 Ahad, 30 Rabiul Awal 1442 H / 15 November 2020 M ⏰ Ba’da Maghrib - Selesai 📚 SIRAH NABAWIYAH 📖 Kejadian-Kejadian Setelah Perang Badar 👤 Ustadz![LIVE] “PENGANTAR PERISTIWA PERANG BADAR” KE 2 | USTADZ. PerangBadar - Ahad perang badar komik islam ya allah, penuhilah untukku apa yang kau Peperangan ini berlaku pada hari jumaat 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah bersamaan 624 Masihi. Peperangan ini berlaku pada hari jumaat 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah bersamaan 624 Masihi. Sejarah Perang Badar di Bulan Ramadan - telisik.id KomikPerang Badar AHAD di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Beli Komik Perang Badar AHAD di Rere Store 99. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo PermusuhanAbu Jahal mencapai puncaknya pada saat Perang Badar. Dia menjadi pengobar semangat perang kaum Quraisy. Dan akhirnya Abu Jahal terbunuh dalam perang | Halaman 2 Allahumma inni as'aluka Ya Allah Al Ahad As Shamad alladzii lam yalid wa lam yuulad walam yakul lahuu kufuwan ahad antaghfira lii dzunuubi innaka antal ghafuurur Caracara membuatnya: Sukat Kotak DVD. Gunting cardboard mengikut sukatan yang telah disukat (Size A5). Lukis kotak 3x3 di cardboard yang telah dipotong. Lapis cardboard dengan film yang licin. Lapis cakera dengan kertas yang berwarna. Bahagikan cakera kepada 10 bahagian. Lekatkan 'sticker' yang bernombor 1-9. ulwsr. BADAR, - Sejarah Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Perang Badar melibatkan 314 pasukan kaum Muslimin melawan lebih dari orang Quraisy. Ini merupakan perang pertama yang dijalani kaum Muslimin sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 juga Kisah Perang Sejarah Penaklukan Konstantinopel oleh Turki Ottoman Melansir buku Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir 1999 karya Muhammad Nasib Ar-Riva, Badar adalah nama suatu tempat yang terletak di antara Mekkah dan Madinah. Di situ terdapat sumber mata air Badar, sehingga perang tersebut dinamakan Perang mula Perang Badar Melansir artikel pada 16 Mei 2020, Perang Badar bermula dari tersiarnya kabar di Kota Madinah tentang kafilah besar kaum Quraisy yang berangkat meninggalkan Syam untuk pulang ke Mekkah. Kafilah itu membawa barang perniagaan yang sangat besar nilainya, dengan ekor unta untuk membawa barang-barang berharga. Baca juga Kisah Perang Salib Sejarah Perebutan Yerusalem Selama 200 Tahun Kaum Muslimin lalu mengadang kafilah dagang Abu Sufyan yang membawa barang dagangan Quraisy dari Syam. Motif pengadangan adalah keinginan kaum Muslimin untuk mengambil hak-hak mereka yang dulu dirampas kaum Quraisy. Sementara itu di kalangan kaum Quraisy sendiri, tumbuh kecemburuan terhadap perkembangan kota Madinah di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW. loading...Bilal bin Rabah memekik Ahad... ahad ... ahad ... saat disiksa kafir Qurasy. Pekikan ini menjadi semboyan resmi dalam perang Badar. Foto/Ilusrasi KairoNews Pekik Bilal bin Rabah tatkala ia disiksa kaum kafir Quraisy Makkah, "Ahad... Ahad... Ahad..." akhirnya menjadi semboyan resmi pasukan Muslim dalam perang Badar . Dalam perang inilah Bilal bin Rabah berhasil membunuh Umayyah bin Khalaf, tuannya yang menyiksa dirinya saat di Makkah. Baca Juga Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" menyebut dalam perang inilah Bilal bin Rabah dan Umayyah bin Khalaf, bekas tuannya, masih sama seperti dulu ketika disiksa oleh Umayyah bin Khalaf. Dalam perang Badar, Bilal meneriakkan, “Ahad…. Ahad!” Namun bedanya, kali ini atas perintah Nabi Muhammad SAW, teriakan tersebut menjadi semboyan bagi pasukan Islam. Pekik “Ahad…. Ahad!” menggema selama perang perang Badar, suku Quraisy mengerahkan para pemukanya untuk turut serta turun dalam perang. Umayyah bin Khalaf juga salah seorang pemuka, walaupun pada awalnya dia tidak hendak ikut. Hingga salah seorang kawannya yang bernama Uqbah bin Abi Mu’ith mendatanginya sambil di tangan kanannya membawa sebuah mijmar pedupaan yang dipergunakan para wanita untuk mengasapi tubuhnya dengan kayu wangi.Ketika Uqbah datang, Umayyah sedang duduk di antara para pengikutnya, kemudian Uqbah menaruh mijmar tersebut di hadapan Umayyah seraya berkata, “Hai Abu Ali! Terimalah dan pergunakanlah pedupaan ini. Karena engkau tak lebih dari seorang wanita!” Mendengar perkataan itu Umayyah marah. “Keparat! Apa yang kau bawa ini?” sergahnya. Pada akhirnya berangkat jugalah Umayyah bin Khalaf ke medan pertempuran bersama putranya yang yang bernama Ali.Uqbah bin Abi Mu’ith adalah orang yang paling gigih mendorong Umayyah untuk melakukan penyiksaan terhadap Bilal dan orang-orang tak berdaya lainnya dari umat Islam ketika di Makkah. Ini kali, dia juga yang mendorong Umayyah untuk terjun ke medan perang, namun nahas, keduanya akan tewas dalam perang Badar. Baca Juga Dipenuhi Rasa TakutKetika perang dimulai, pasukan Muslim meneriakkan “Ahad…. Ahad!” sambil terus merangsek maju. Umayyah teringat kata-kata tersebut pernah terus menerus diucapkan Bilal ketika sedang disiksanya. Dia tidak pernah menyangka kata-kata tersebut akan menjadi semboyan sebuah kelompok masyarakat yang berdiri dalam suatu agama yang utuh. Batinnya dipenuhi oleh rasa peperangan sudah berlangsung beberapa lama, Abd ar-Rahman bin Auf melihat Umayyah sedang berpegangan tangan bersama putranya. Sewaktu masih jahiliyah, Abd ar-Rahman bin Auf merupakan kawan dekat Umayyah. Saat itu Abd ar-Rahman bin Auf sedang membawa beberapa buah baju besi hasil rampasan, Umayyah berkata, “apakah engkau ada perlu denganku? Aku lebih baik daripada baju-baju besi yang engkau bawa itu. Aku tidak pernah mengalami kejadian seperti hari ini. Apakah kalian membutuhkan susu?” Maksud Umayyah adalah dia menawarkan dirinya untuk menjadi tawanan dan akan memberikan tebusan beberapa unta yang menghasilkan banyak susu.Abd ar-Rahman bin Auf kemudian membuang baju-baju besi dari tangannya dan menuntun Umayyah bersama putranya. Umayyah kemudian berkata, “siapakah seseorang di antara kalian yang mengenakan tanda pengenal di dadanya berupa sehelai bulu burung unta?” Abd ar-Rahman bin Auf menjawab, “dia adalah Hamzah bin Abdul-Muththalib.” Umayyah menimpali, “dia adalah orang yang paling banyak menimpakan bencana di pasukan kami.”Ketika mereka sedang bercakap-cakap, Bilal melihat mereka, lalu berseru, “dedengkot kekufuran adalah Umayyah bin Khalaf. Aku tidak selamat jika dia masih selamat!” Abd ar-Rahman bin Auf berkata, “wahai Bilal, dia adalah tawananku.” “Aku tidak selamat jika dia masih selamat,” kata Bilal sekali lagi. - Perang Uhud merupakan perang kedua yang terjadi antara kaum muslim di Madinah dan kaum Quraisy. Perang Uhud berlangsung pada tahun 3 Hijriah atau 625 Masehi. Pecahnya Perang Uhud tidak dapat dilepaskan dari kekalahan kaum Quraisy dalam Perang Badar pada tahun 2 Hijriah atau 624 Masehi. Dalam buku Perang-Perang dalam Sejarah Islam 2014 karya Sitiatava, latar belakang pecahnya Perang Uhud, yaitu Keinginan balas dendam dari Abu Sufyan dan kaum Quraisy atas kekalahan mereka pada Perang Badar Kecemburuan kaum Quraisy terhadap perkembangan populeritas Islam di kawasan Madinah Keinginan kaum Quraisy untuk menghilangkan dominasi Nabi Muhammad SAW di kawasan Madinah Baca juga Perang Bani Nadhir Latar Belakang dan Kronologinya Kronologi Kaum Quraisy membawa lebih dari pasukan yang terdiri dari 200 pasukan berkuda, 700 pasukan berkendaraan unta dan sisanya adalah pasukan pejalan infanteri serta pasukan pemanah. Di sisi lain, kaum muslimin di bawah pimpinan Nabi Muhammad membawa kurang lebih pasukan gabungan dari kaum-kaum di Madinah. Pada 13 Syawal tahun 3 Hijriah, Nabi Muhammad dan pasukannya mengadakan musyawarah untuk membahas strategi dalam Perang Uhud. Dalam musyawarah tersebut ditetapkan bahwa pasukan Muslimin akan melakukan perang di luar kota Madinah demi keamanan masyarakat Madinah. Dalam perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin Ubay melakukan penghianatan kepada pasukan muslim. Ia membelot kepada pasukan muslim dengan membawa 300 pasukan, sehingga pasukan gabungan yang semula berjumlah prajurit berkurang menjadi 700 buku Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II 2005 karya Badri Yatim, pasca penghianatan dari Abdullah bin Ubay, Nabi Muhammad SAW menyerukan kepada pasukan muslim untuk tetap fokus pada Perang Uhud dan membiarkan masalah penghianatan tersebut. Baca juga Perang Badar Latar Belakang dan Dampaknya Perang Uhud berlangsung selama kurang lebih tujuh hari. Pada awalnya pasukan muslim mampu membuat kaum Quraisy tersudut dan mundur, namun ternyata kemunduran mereka hanya sebagian dari strategi. Kaum Quraisy kembali melakukan serangan dengan mendadak sehingga pasukan Muslimin terkepung dari seluruh penjuru. Kaum muslimin berusaha untuk mempertahankan posisi dan melindungi Nabi Muhammad SAW dengan sekeras mungkin hingga mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan termasuk sahabat dan keluarga Nabi. Perang Uhud berakhir ketika Khalid bin Walid menyuruh pasukan Quraisy untuk mundur dan mengumumkan kemenangan mereka. Dampak Kekalahan pasukan muslim dalam Perang Uhud membawa dampak yang besar. Berikut merupakan dampak Perang Uhud Kemampuan militer dari pasukan muslim bertambah karena melakukan pelatihan dan ekspedisi penaklukan. Kaum Quraisy semakin bernafsu untuk menaklukan kekuatan Islam di Madinah Baca juga Perang Padri, Perang Saudara yang Berubah Melawan Belanda Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. loading...Abu Jahal adalah penyulus perang Badar dan dia akhirnya tewas dalam perang tersebut. Foto/Ilustrasi Ist Permusuhan Abu Jahal kepada Rasulullah SAW mencapai puncaknya pada saat Perang Badar . Dia menjadi pengobar semangat perang kaum Quraisy . Akhirnya, dia terbunuh dalam perang ini. Sebelum berangkat ke Badar, terjadi friksi di tubuh pasukan Quraisy. Sebagian pihak melihat urgensi perang itu sudah tidak ada lagi karena ltujuan mereka sebenarnya adalah mengamankan kafilah dagang Abu Sufyan yang saat itu sudah selamat sampai di Mekkah. Namun, di pihak lain, Abu Jahal dan pemuka Quraisy yang lain berpendapat bahwa momen tersebut sangat tepat untuk memberi pelajaran kepada kaum tidak tahan lagi karena merasa dianggap remeh oleh kekuatan kaum Muslim yang dulu lemah dan terusir dari mereka. Mereka merasa harga diri mereka telah diinjak-injak oleh Rasulullah Saw. dan para pengikutnya. Baca Juga Melihat perbedaan tersebut, Abu Jahal menggunakan lidahnya yang tajam untuk menyulut semangat juang dan mengobarkan semangat tempur kaum Quraisy. Bahkan, dia tak segan-segan mengucapkan kata-kata sinis kepada Umayyah ibn Khalaf yang merupakan salah seorang tokoh Quraisy karena berada di pihak yang tidak ingin berangkat perang. Beberapa waktu sebelum berangkat ke Badar, Abu Jahal bersama 'Uqbah ibn Abi Mu'aith sempat menyambangi Umayyah. Abu Jahal datang membawa celak dan pemalitnya, sedangkan 'Uqbah membawa tempat kemenyan dan api. Abu Jahal dan Uqbah tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memantik semangat berperang Umayyah dan membuatnya berbalik arah. Setelah menaruh perapian kemenyan itu di hadapan Umayyah, 'Uqbah berujar meledek, “Abu Ali, pakailah perapian ini karena engkau perempuan." Abu Jahal pun tak mau kalah. Dia juga berkata dengan sinis, “Bercelaklah, Abu 'Ali, karena engkau perempuan." Tersulut dengan ejekan Abu Jahal dan Uqbah, Umayyah pun langsung minta dibelikan unta yang paling baik untuk digunakannya berangkat ke medan perang." Abu Jahal pasti tidak menyangka bahwa keberangkatannya ke medan Perang Badar merupakan malapetaka besar dalam hidupnya. Pasukan Quraisy menghadapi kekalahan dan dia tewas dalam perang itu. Sebagai seorang musuh yang terkenal dengan kebenciannya kepada Rasulullah SAW, Abu Jahal menjadi incaran saat Perang Badar. Abdurrahman ibn 'Auf berkata betapa semangatnya para sahabat berjuang untuk memberi pelajaran kepada musuh Allah, terutama Abu Jahal, musuh Islam paling nyata. Baca Juga Abdurrahman ibn 'Auf mengisahkan, suatu ketika, saat sedang berada di tengah-tengah pasukan Perang Badar, aku melirik ke kanan dan kiri dan melihat dua orang remaja Anshar yang masih sangat belia. Aku berangan-angan, seandainya aku sekuat salah seorang di antara mereka. Salah seorang dari mereka kemudian memberi isyarat dan bertanya, "Paman, apakah paman kenal dengan Abu Jahal?” Lalu Abdurrahman ibn 'Auf menjawab, "Ya. Apa urusan kalian berdua dengannya?" Kemudian, salah seorang di antara mereka berkata, “Aku dengar dia mencaci maki Rasulullah SAW. Demi Zat yang menggenggam jiwa, jika melihatnya, aku tak akan berpisah satu sama lain sampai salah satu dari kami tewas lebih cepat daripada yang lain." Abdurrahman ibn 'Auf mengaku kaget mendengar kata-kata remaja itu. Temannya pun memberi isyarat dan mengatakan hal yang sama. Tak berapa lama, Abu Jahal terlihat oleh Abdurrahman ibn 'Auf sedang berputar-putar di tengah kerumunan. Kemudian, ia berkata kepada kedua remaja itu,"'Kalian lihat? Itulah orang yang kalian tanyakan tadi."Dalam Perang Badar, Abu Jahal baru terjun ke medan perang saat perang telah berkecamuk dan kedua pasukan sudah sama-sama menyerbu. Namun, kedua remaja yang dikisahkan “Abdurrahman tersebut berhasil membunuh Abu Jahal. Usai melaksanakan tugas mulia itu, mereka melapor kepada Rasulullah SAW. Perang Badar Perang Badar terjadi pada 7 Ramadhan, dua tahun setelah hijrah. Ini adalah peperangan pertama yang mana kaum Muslim Muslimin mendapat kemenangan terhadap kaum Kafir dan merupakan peperangan yang sangat terkenal karena beberapa kejadian yang ajaib terjadi dalam peperangan tersebut. Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam telah memberikan semangat kepada Muslimin untuk menghadang khafilah suku Quraish yang akan kembali ke Mekkah dari Syam. Muslimin keluar dengan 300 lebih tentara tidak ada niat untuk menghadapi khafilah dagang yang hanya terdiri dari 40 lelaki, tidak berniat untuk menyerang tetapi hanya untuk menunjuk kekuatan terhadap mereka. Khafilah dagang itu lolos, tetapi Abu Sufyan telah menghantar pesan kepada kaumnya suku Quraish untuk datang dan menyelamatkannya. Kaum Quraish maju dengan pasukan besar yang terdiri dari 1000 lelaki, 600 pakaian perang, 100 ekor kuda, dan 700 ekor unta, dan persediaan makanan mewah yang cukup untuk beberapa hari. Kafir Quraish ingin menjadikan peperangan ini sebagai kemenangan bagi mereka yang akan meletakkan rasa takut di dalam hati seluruh kaum bangsa Arab. Mereka hendak menghancurkan Muslimin dan mendapatkan keagungan dan kehebatan. Banyangkan, pasukan Muslimin dengan jumlah tentara yang kecil termasuk 2 ekor kuda, keluar dengan niat mereka hanya untuk menghadang 40 lelaki yang tidak bersenjata akan tetapi harus menghadapi pasukan yang dipersiapkan dengan baik -3 kali- dari jumlah mereka. Rasulullah SAW dengan mudah meminta mereka Muslimin untuk perang dan mereka tidak akan menolak, akan tetapi, beliau SAW ingin menekankan kepada pengikutnya bahwa mereka harus mempertahankan keyakinan dan keimanan dan untuk menjadi pelajaran bagi kita. Beliau SAW mengumpulkan para sahabatnya untuk mengadakan musyawarah. Banyak di antara sahabat Muhajirin yang memberikan usulan, dengan menggunakan kata-kata yang baik untuk menerangkan dedikasi mereka. Tetapi ada seorang sahabat yaitu Miqdad bin Al-Aswad ra., dia berdiri dihadapan mereka yang masih merasa takut dan berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah SAW!, Kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti apa yang dikatakan oleh bani Israel kepada Musa AS, 'Pergilah kamu bersama Tuhanmu, kami duduk menunggu di sini' Dalam surah Al-Maidah. Pergilah bersama dengan keberkahan Allah dan kami akan bersama dengan mu !". Rasulullah SAW merasa sangat suka, akan tetapi Rasulullah hanya diam, beliau menunggu dan beberapa orang dari sahabat dapat mengetahui keinginan Beliau SAW. Sejauh ini hanya sahabat Muhajirin yang telah menyatakan kesungguhan mereka, akan tetapi Beliau menuggu para sahabat Anshor yang sebagian besar tidak hadir dalam baiat 'Aqaabah untuk turut serta dalam berperang melawan kekuatan musuh bersama-sama Rasulullah SAW di luar kawasan mereka. Maka, pemimpin besar sahabat Anshor, Sa'ad bin Muadh angkat bicara, "Ya Rasulullah SAW mungkin yang engkau maksudkan adalah kami". Rasulullah SAW menyetujuinya. S'ad kemudian menyampaikan pidatonya yang sangat indah yang mana dia berkata, "Wahai utusan Allah, kami telah mempercayai bahwa engkau berkata benar, Kami telah memberikan kepadamu kesetiaan kami untuk mendengar dan thaat kepadamu... Demi ALlah, Dia yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau memasuki laut, kami akan ikut memasukinya bersamamu dan tidaka ada seorangpun dari kami yang akan tertinggal di belakang... Mudah-mudahan Allah akan menunjukkan kepadamu yang mana tindakan kami akan menyukakan mu. Maka Majulah bersama-sama kami, letakkan kepercayaan kami di dalam keberkahan Allah". Rasulullah sangat menyukai apa yang disampaikan dan kemudian beluai bersabda, "Majulah ke depan dan yakinlah yang Allah telah menjajikan kepadaku satu dari keduanya khafilah dagang atau perang, dan demi Allah, seolah olah aku telah dapat melihat pasukan musuh terbaring kalah". Pasukan Muslimin bergerak maju dan kemudian berhenti sejenak di tempat yang berdekatan dengan Badar tempat paling dekat ke Madinah yang berada di utara Mekkah. Seorang sahabat bernama, Al-Hubab bin Mundhir ra., bertanya kepada Rasulullah SAW, " Apakah ALlah mewahyukan kepadamu untuk memilih tempat ini atau ianya strategi perang hasil keputusan musyawarah?". Rasulullah SAW bersabda, "Ini adalah hasil strategi perang dan keputusan musyawarah". Maka Al-Hubab telah mengusulkan kembali kepada Rasulullah SAW agar pasukan Muslimin sebaiknya bermarkas lebih ke selatan tempat yang paling dekat dengan sumber air, kemudian membuat kolam persediaan air untuk mereka dan menghancurkan sumber air yang lain sehingga dapat menghalang orang kafir Quraish dari mendapatkan air. Rasulullah SAW menyetujui usulan tersebut dan melaksanakannya [*]. Kemudian Sa'ad bin Muadh mengusulkan untuk membangun benteng untuk Rasulullah SAW untuk melindungi beliau dan sebagai markas bagi pasukan Muslimin. Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra. tinggal di dalam benteng sementara Sa'ad bin Muadh dan sekumpulan lelaki menjaganya. Rasulullah SAW telah menghabiskan sepanjang-panjang malam dengan berdoa dan beribadah walaupun beliau SAWmengetahui bahwa Allah ta'ala telah menjanjikannya kemenangan. Ianya melebihi cintanya dan penghambaannya dan penyerahandiri kepada Allah ta'ala dengan ibadah yang Beliau SAW kerjakan. Dan ianya telah dikatakan sebagai bentuk tertinggi dari ibadah yang dikenal sebagai 'ainul yaqiin. PERANG KHANDAK Di Madinah terdapat komplot yang mahu membunuh Nabi, yang digerakkan oleh orang orang Yahudi Banu Nadhir. Di kala Nabi berjalan jalan di lorong mereka, nyaris saja Nabi dapat mereka bunuh. Untung Nabi dapat mengetahui terlebih dahulu, sehingga terhindar dari bahaya. Hal ini ternyata melanggar perjanjian mereka dengan Nabi. Kerana ini, sesuai dengan perjanjian itu, maka Nabi mengeluarkan perintah agar semua bangsa Yahudi keluar dari kota Madinah dan kepada mereka diizinkan membawa semua harta benda dan kekayaan mereka. Tetapi mereka menentang perintah ini kerana merasa kuat dan mengharapkan bantuan Abdullah bin Ubay. Sesudah dikepung oleh tentera Islam, mereka menyerah kalah, dilucutkan senjata dan diusir keluar Madinah. Pengusiran ini terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal tahun keempat Hijrah. Dengan pengusiran ini, bergabunglah kekuatan Yahudi dengan kekuatan kaum kafir Quraisy yang ada di kota Makkah, untuk menyerang Nabi dan ummat Islam. Kekuatan mereka ditambah lagi dengan bergabungnya orang Ghatafan dan Habsyi. Kota Madinah dikepung dari segala pihak oleh tentera gabungan musuh ini. Menurut nasihat Salman al-Farisi sahabat Nabi bangsa Persia, Nabi memerintahkan untuk menggali parit di sekeliling kota Madinah, lebih lebih daerah yang kurang kuat pertahanannya. Satu sektor dan parit ini, diserahkan kepada Banu Quraidzah mempertahankannya. Di luar parit pertahanan itu, tampak tentera musuh berkumpul dengan khemah mereka, yang berjumlah tidak kurang dari sepuluh ribu tentera, terdiri dari kaum Quraisy, Banu Kinanah, Ghatafan, Tihamah dan Najid. Nabi hanya dapat mengumpulkan tentera dua ribu orang. Setiap tentera Islam sudah siap di pinggir parit pertahanan, mereka menanti musuh yang datang menyerang. Setiap musuh yang datang menyerang, dapat diundurkan. Akhirnya musuh mengundur diri dan mengubah cara dengan menghalang agar penduduk kota Madinah mati kelaparan. Dua puluh hari dua puluh malam lamanya halangan itu dijalankan. Kaum Muslimin mulai diserang kelaparan. Keadaan bertambah sulit bagi ummat Islam, setelah pemimpin Banu Quraidzah yang bernama Ka'ab bin Asad menyeleweng dan lari ke pihak musuh, sedang dia adalah orang yang tahu benar strateji pertahanan Nabi. Ramai tentera Islam yang takut dan khuatir kerana peristiwa itu. Mereka khuatirkan kalau kalau kerana pengaruh orang orang munafik yang menyeleweng itu, teman temannya yang lain dalam tentera Islam akan turut menyeleweng sama. Setelah lebih dua puluh hari, tentera musuh tidak tahan hati, lalu menyerbu dengan melompati parit yang agak sempit dengan kuda mereka. Ali yang berbadan kecil itu, telah dapat membunuh pemerintah tentera musuh yang bernama 'Amru bin Abdu Wid yang berbadan besar dan gemuk. Sedang Safiah, anak perempuan nenek Nabi Abdul Muttalib, dapat menewaskan pemuka Yahudi. Kerana keadaan, Nabi mengadakan tipu muslihat. Nu'aim adalah pemuka bangsa Ghatafan yang telah masuk Islam tetapi tidak diketahui oleh kaumnya, diutus oleh Nabi untuk menemui musuh dengan tipu muslihat. Bangsa Ghatafan Yahudi dihasutnya untuk tidak percaya kepada bangsa Quraisy dan sebaliknya bangsa Quraisy pun dihasutnya supaya tidak percaya kepada bangsa Ghatafan, dengan kata katanya. Barisan musuh mulai saling mencurigai antara satu sama lain. Di kala itu turunlah angin keras, menyebabkan musuh lebih kelam kabut takut kepada kawan sendiri. Akhirnya mereka mengundurkan diri ke kampungnya masing masing. Setelah tempat itu bersih dari semua tentera musuh, Nabi lalu berkata kepada kaum Muslimin "Ini adalah kali penghabisan buat bangsa Quraisy menyerang kita. Mulai sekarang kita diwajibkan menyerang mereka." Sebelum sembahyang Asar di hari itu juga, di kala tentera Islam yang letih dan lesu itu sedang beristirahat, tiba tiba terdengar mu'azzin azan dengan suara yang nyaring. Kaum Muslimin lalu berkumpul mahu sembahyang. Tetapi sebelum sembahyang, mu'azzin itu menyiarkan perintah Nabi yang berbunyi "Barangsiapa yang suka mendengar dan patuh, tidaklah ia sembahyang Asar hari ini, kecuali di tempat kediaman Banu Quraidzah." Hal ini bererti bahawa mereka di saat itu juga harus menyerang Banu Quraidzah yang telah mengkhianati kaum Islam di medan perang dan ini adalah perintah Malaikat kepada Nabi. Dua puluh lima hari lamanya Banu Quraidzah yang terdiri dari bangsa Yahudi itu dikepung dan akhirnya menyerah kalah. Kaum Aus meminta kepada Nabi, agar mereka itu jangan dibunuh, tetapi diusir saja seperti Banu Nadhir dahulu. Tetapi mengingat besarnya pengkhianatan mereka, Nabi tidak dapat menghukum mereka dengan hanya mengusir saja, yang mungkin akan menambah kekuatan musuh pula jadinya. Akhirnya Nabi mendapat akal baru. Sa'ad bin Mu'az diangkat Nabi menjadi hakim terhadap tawanan tawanan itu. Nabi menyerahkan keputusan kepada hakim ini. Mendengar itu kaum Aus merasa puas dan Banu Quraidzah sendiri pun timbul harapan bagi mereka. Sa'ad sendiri di perang Khandak, kena panah dari kaum Quraidzah ini. Dia mendoa agar dia jangan mati dahulu sebelum dapat menghukum kaum pengkhianat ini. Banu Quraidzah dimintanya bersumpah untuk tunduk atas keputusan yang akan diambilnya. Setelah sumpah selesai, Sa'ad bin Mu'az lalu menetapkan keputusan sebagai berikut "Lelaki bangsa Quraidzah dibunuh semua yang bersalah, harta bendanya dibagi bagi dan anak anak serta perempuan perempuannya ditawan." Tujuh ratus orang lelaki Banu Quraidzah yang khianat itu pun dibunuh, kerana dosa mereka yang besar sekali. Begitulah hukum yang ditetapkan Tuhan bagi mereka. Sejak hari itu, tamatlah riwayat bangsa Yahudi dari kota Madinah. Sebahagian mereka pindah ke Syria, sebahagian lagi ke Khaibar. Begitulah nasib mereka kerana melanggar perjanjian dan mengkhianati langsung umat Islam dan Nabi. PERANG UHUD Pengalaman pahit yang dirasakan oleh kaum Quraisy dalam perang Badar telah menyisakan luka mendalam nan menyakitkan. Betapa tidak, walaupun jumlah mereka jauh lebih besar dan perlengkapan perang mereka lebih memadai, namun ternyata mereka harus menanggung kerugian materi yang tidak sedikit. Dan yang lebih menyakitkan mereka adalah hilangnya para tokoh mereka. Rasa sakit ini, ditambah lagi dengan tekad untuk mengembalikan pamor Suku Quraisy yang telah terkoyak dalam Perang Badar, mendorong mereka melakukan aksi balas dendam terhadap kaum Muslimin. Sehingga terjadilah beberapa peperangan setelah Perang Badar. Perang Uhud termasuk di antara peperangan dahsyat yang terjadi akibat api dendam ini. Disebut perang Uhud karena perang ini berkecamuk di dekat gunung Uhud. Sebuah gunung dengan ketinggian 128 meter kala itu, sedangkan sekarang ketinggiannya hanya 121 meter. Bukit ini berada di sebelah utara Madinah dengan jarak 5,5 km dari Masjid Nabawi. WAKTU KEJADIAN Para Ahli Sirah sepakat bahwa perang ini terjadi pada bulan Syawwâl tahun ketiga hijrah Rasulullâh Salallahu Alaihi Wassalam ke Madinah. Namun mereka berselisih tentang harinya. Pendapat yang yang paling masyhûr menyebutkan bahwa perang ini terjadi pada hari Sabtu, pertengahan bulan Syawwal. PENYEBAB PERANG Di samping perang ini dipicu oleh api dendam sebagaimana disebutkan diawal, ada juga penyebab lain yang tidak kalah pentingnya yaitu misi menyelamatkan jalur bisnis mereka ke Syam dari kaum Muslimin yang dianggap sering mengganggu. Mereka juga berharap bisa memusnahkan kekuatan kaum Muslimin sebelum menjadi sebuah kekuatan yang dikhawatirkan akan mengancam keberadaan Quraisy. Inilah beberapa motivasi yang melatarbelakangi penyerangan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin di Madinah. JUMLAH PASUKAN Kaum Quraisy sejak dini telah mempersiapkan pasukan mereka. Barang dagangan dan keuntungan yang dihasilkan oleh Abu Sufyân beserta rombongan yang selamat dari sergapan kaum Muslimin dikhususkan untuk bekal pasukan mereka dalam perang Uhud. Untuk menyukseskan misi mereka dalam perang Uhud ini, kaum Quraisy berhasil mengumpulkan 3 ribu pasukan yang terdiri dari kaum Quraisy dan suku-suku yang loyal kepada Quraisy seperti Bani Kinânah dan penduduk Tihâmah. Mereka memiliki 200 pasukan berkuda dan 700 pasukan yang memakai baju besi. Mereka mengangkat Khâlid bin al-WalÃd sebagai komandan sayap kanan, sementara sayap kiri di bawah komando Ikrimah bin Abu Jahl. Mereka juga mengajak beberapa orang wanita untuk membangkitkan semangat pasukan Quraisy dan menjaga mereka supaya tidak melarikan diri. Sebab jika ada yang melarikan diri, dia akan dicela oleh para wanita ini. Tentang jumlah wanita ini, para Ahli Sirah berbeda pendapat. Ibnu Ishâq rahimahullah menyebutkan bahwa jumlah mereka 8 orang, al-Wâqidi rahimahullah menyebutkan 14 orang, sedangkan Ibnu Sa’d rahimahullah menyebutkan 15 wanita. MIMPI RASÛLULLÂH SHALLALLÂHU 'ALAIHI WASALLAM Sebelum peperangan ini berkecamuk, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam diperlihatkan peristiwa yang akan terjadi dalam perang ini melalui mimpi. Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menceritakan mimpi ini kepada para Sahabat. Beliau Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda “Saya bermimpi mengayunkan pedang lalu pedang itu patah ujungnya. Itu isyarat-pent musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud. Kemudian saya ayunkan lagi pedang itu lalu pedang itu baik lagi, lebih baik dari sebelumnya. Itu isyarat –pent- kemenangan yang Allah Ta’ala anugerahkan dan persatuan kaum Muslimin. Dalam mimpi itu saya juga melihat sapi –Dan apa yang Allah lakukan itu adalah yang terbaik- Itu isyarat terhadap kaum Muslimin yang menjadi korban dalam perang Uhud. Kebaikan adalah kebaikan yang Allah Ta’ala anugerahkan dan balasan kejujuran yang Allah Ta’ala karuniakan setelah perang Badar”. Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menakwilkan mimpi Beliau ini dengan kekalahan dan kematian yang akan terjadi dalam Perang Uhud. Saat mengetahui kedatangan Quraisy untuk menyerbu kaum Muslimin di Madinah, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam mengajak para Sahabat bermusyawarah untuk mengambil tindakan terbaik. Apakah mereka tetap tinggal di Madinah menunggu dan menyambut musuh di kota Madinah ataukah mereka akan menyongsong musuh di luar Madinah? Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam cenderung mengajak para Sahabat bertahan di Madinah dan melakukan perang kota, namun sekelompok kaum Anshâr radhiallahu'anhum mengatakan, “Wahai Nabiyullâh! Sesungguhnya kami benci berperang di jalan kota Madinah. Pada jaman jahiliyah kami telah berusaha menghindari peperangan dalam kota, maka setelah Islam kita lebih berhak untuk menghindarinya. Cegatlah mereka di luar Madinah !" Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersiap untuk berangkat. Beliau mengenakan baju besi dan segala peralatan perang. Setelah menyadari keadaan, para Sahabat saling menyalahkan. Akhirnya, mereka mengatakan “Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menawarkan sesuatu, namun kalian mengajukan yang lain. Wahai Hamzah, temuilah Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dan katakanlah, “Kami mengikuti pendapatmu”". Hamzah radhiallahu’anhu pun datang menemui Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dan mengatakan, Wahai Rasulullâh, sesungguhnya para pengikutmu saling menyalahkan dan akhirnya mengatakan, Kami mengikuti pendapatmu.’ Mendengar ucapan paman beliau ini, Rasulullâh Salallahu Alaihi Wassalam bersabda Sesungguhnya jika seorang Nabi sudah mengenakan peralatan perangnya, maka dia tidak akan menanggalkannya hingga terjadi peperangan’. Keputusan musyawarah tersebut adalah menghadang musuh di luar kota Madinah. Ibnu Ishâq rahimahullah dan yang lainnya menyebutkan bahwa Abdullâh ibnu Salûl setuju dengan pendapat Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam untuk tetap bertahan di Madinah. Sementara at-Thabari membawakan riwayat yang berlawanan dengan riwayat Ibnu Ishâq rahimahullah, namun dalam sanad yang kedua ini ada orang yang tertuduh dan sering melakukan kesalahan. Oleh karena itu, al-Bâkiri dalam tesisnya lebih menguatkan riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Ishâq rahimahullah. Para Ulama Ahli Sirah menyebutkan bahwa yang memotivasi para Sahabat untuk menyongsong musuh di luar Madinah yaitu keinginan untuk menunjukkan keberanian mereka di hadapan musuh, juga keinginan untuk turut andil dalam jihad, karena mereka tidak mendapat kesempatan untuk ikut dalam Perang Badar. Sementara, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam lebih memilih untuk tetap tinggal dan bertahan di Madinah, karena Beliau ingin memanfaatkan bangunan-bangunan Madinah serta memanfaatkan orang-orang yang tinggal di Madinah. PELAJARAN DARI KISAH Kaum Muslimin yang sedang berada di daerah, jika diserbu oleh musuh, maka mereka tidak wajib menyongsong kedatangan musuh. Mereka boleh tetap memilih bertahan di rumah-rumah mereka dan memerangi musuh di sana. Ini jika strategi ini diharapkan lebih mudah untuk mengalahkan musuh. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dalam Perang Uhud.

ahadun ahad perang badar